The Owl |
KARTUN
sesungguhnya dihadirkan oleh pihak televisi untuk menghibur
anak-anak, selain kepentingan iklan tentunya. Alih-alih ingin
menghibur, justru film-film kartun ini sangat merusak perkembangan
anak. Tidak semua film kartun yang ditayangkan di televisi mendidik.
Banyak kartun yang isinya tidak tepat bagi anak-anak. Belum lagi
waktu tayang yang tidak pas, sehingga anak-anak kadang malas untuk
berangkat ke sekolah karena asyik menonton film kartun
The
Owl misalnya, sekilas
film ini sangat lucu dan menarik. Namun, jika kita perhatikan dengan
seksama, film yang tayang di salah satu stasiun TV swasta ini syarat
dengan kekerasan. Di akhir cerita film, pasti tokoh burung hantu ini
hancur. Saya pun dengan terpaksa melarang anak saya menonton film
ini.
Film
Tom and Jerry,
kartun dengan tokoh kucing dan tikus ini juga kerap mempertontonkan
kekerasan. Film ini seringkali memperlihatkan ucapan dan perilaku
kasar. “Kalau enggak
suka, kemplang. Enggak suka, bakar!”,
ini jelas sangat tidak baik buat psikologis anak-anak.
Film
Sinchan,
kartun yang tayang di salah satu stasiun TV di grup yang sama adalah
tokoh anak yang usil dan sangat nakal. Jika keusilan dan kenakalan
Sinchan ini ditiru oleh anak-anak, dampaknya sangat berbahaya buat
mereka. Film ini sebenarnya sudah lama tidak tayang, namun oleh pihak
stasiun tersebut nampaknya diputar kembali.
Teletubbies |
Di
luar masalah konten tayangan kartun, sebenarnya kebiasaan anak-anak
menonton televisi juga bisa berpengaruh buruk bagi perkembangannya.
Pada anak di bawah umur 2 tahun, biasanya akan lebih tertarik pada
dunia dua dimensi, yakni video dan audio.
Bayangkan
bahayanya anak-anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan yang
membutuhkan pengenalan dunia lima dimensi, tapi dipaksa hanya melihat
dua dimensi. Ini akan membuat anak kehilangan minat untuk mengasah
kemampuan motoriknya, seperti mengecap, membaui, serta kemampuan
lainnya. Dampak lanjutannya adalah anak bisa saja tidak peduli
terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan bisa saja perilakunya
antisosial karena disibukkan dengan menonton televisi.
Meski
banyak protes dari kalangan orangtua, nampaknya pihak-pihak terkait
yang dikritik masih menutup mata terhadap realitas ini. Dari contoh
konten-konten film kartun yang saya bahas di atas, mestinya pihak
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sadar dan segera membuat tindakan.
Dan tindak lanjutnya adalah melarang semua kartun-kartun di atas
untuk tayang di televisi.
Tetapi
sembari menunggu tindak lanjut pihak-pihak yang berwenang ini
bekerja, ada baiknya kita sebagai orang tua mengawasi dan mendampingi
anak-anak kita ketika menonton televisi. Semoga tulisan singkat ini
bisa menyelamatkan generasi kita selanjutnya untuk menjadi lebih
baik, khususnya warga DIY. []
*)
Karyawati & Pemerhati Anak