Rabu, 08 Februari 2012

Ketika Ibu Bekerja dan Meninggalkan Balitanya

Kamu seorang Ibu? Bekerja namun punya balita di rumah? Jika Ya, aku mau tanya.. Apa yang kamu rasakan saat ini? Kangen? Gelisah? Yup! Mungkin itu adalah sebagian besar perasaan yang sama-sama dirasakan olehku, olehnya dan oleh sejuta Ibu yang harus bekerja dan meninggalkan si kecil di rumah atau di penitipan bayi. Dilema? Wajar sekali. Semua dalam hidup adalah pilihan termasuk pilihan untuk bekerja diluar rumah. Tapi kalau sudah begini rasa-rasanya tiap liat foto dia yang selalu terpajang dengan lucunya di wallpaper laptop atau sekedar bersandar di pojok meja kerja kita adalah hal yang membahagiakan ditengah padatnya aktifitas kerja kita. Tiba-tiba saja ingat, apa yang terjadi dipagi hari tadi saat kita benar-benar sedang terburu-buru oleh waktu, belum sempat menyuapi dy, belum sempat memandikannya, yaa hanya kecupan yang cukup hangat mendarat di pipi atau kening mereka dan setelah itu Chao pergi dan bergabung dengan kemacetan jalan raya menuju kantor. Sepertinya hanya itu rutinitas kita di pagi hari. 


carabineri.wordpress.com
Sekedar sharing sedikit tentang aktifitasku di pagi hari, bangun pagi langsung sholat subuh dan membuka beberapa gorden di rumah, mematikan lampu-lampu dan menghidupkan lampu dapur. Aktifitas pertamaku setelah sholat adalah masuk dapur dan ubek-ubek isi kulkas, sebenernya untuk yang satu ini sudah aku pikirkan sejak malam hari atau hari sebelumya (mau masak apakah pagi ini?). Intip rice cooker sebentar kalau cukup untuk makan pagi aku gak perlu masak nasi, karena untuk siang aku bisa minta tolong ibu asistenku nanti pikirku. Kadang aku merasa perlu di refresh soal menu makan, karena rasanya belum ada menu baru yang bisa aku hidangkan beberapa saat terakhir ini, lagi pula aku masih harus pilih-pilih menu makan supaya si kecil bisa ikut mengunyah makanan buatanku. Aku butuh kurang lebih 45 menit untuk masak jika aku harus masak 2 menu yakni lauk dan sayurnya. Mata kompor sih emang dua, tapi terkadang Faiq (my lovely boy) bangun disaat yang tidak tepat menurutku hehehe..yakni disaat aku sedang menggoreng dy nangis dan minta gendong. My boy umurnya sekarang 2 tahun 3 bulan. Kembali ke dapur, setelah masak aku mandi dan buru-buru pakai baju kerja. Setelah siap biasanya aku gak sempat sarapan di rumah, aku lebih sering bawa bekal ke kantor. Saat siapkan bekal aku juga siapkan bekal untuk Faiq karena aku harus mengantarnya ke rumah Ibu Sri (asistenku tadi) jam 6.15 dan langsung berangkat kerja. (Faiq harus aku antar ke rumah Bu Sri karena Bu Sri baru bisa datang ke rumahku sekitar jam 7 padahal aku harus berangkat kerja 06.30 so gak ke kejer kan??). Rutinitas itu sudah aku jalani cukup lama.

Well para Ibu.. Serumit apapun aktifitas kita di pagi hari, kehangatan dan kebersamaan dengan keluarga kecil kita tetap kudu dijaga. Seletih apapun, sesibuk apapun. Karena menjadi Ibu pun adalah sebuah pilihan terlebih lagi menjadi Ibu sekaligus pekerja. Ada beberapa pengalaman yang ingin aku bagi terkait kehangatan dan kebersamaan itu. Aku coba rangkaikan di beberapa point di bawah ini.

  • Pahami perkembangan si kecil
perkembangan anak usia dibawah lima tahun sangat pesat, maka jangan tinggalkan moment2 indah itu. Usia dibawah 1 tahun anak mulai mengeksplor fisiknya, mulai dari tengkurap, merayap, merangkak, merambat hingga berdiri dan berjalan. Mengabadikan dalam gambar pun adalah hal yang sangat sering kita lakukan tentunya. 1 - 2 tahun bukan hanya fisik tapi secara psikis dia mulai bisa menanggapi dengan celoteh lucunya yang mungkin kita sendiri sulit memahami. Gak jarang di usia itu anak mulai membeo alias meniru apa yang orang besar ucapkan, So kudu hati2 jika bicara didepan mereka. 2 tahun keatas spt usia anakku sekarang, emosinya labil sekali. Mudah marah dan sedih bahkan sesaat kemudian bisa tertawa dan bahagia. Untuk ini aku masih butuh belajar banyak. Intinya adalah memahami perkembangan si kecil, jangan sampai kita mengajarkan yang belum saatnya ia terima atau pun sebaliknya.

  • Berikan respon yang terbaik untuknya
Respon terbaik adalah respon yang menyesuaikan dengan keadaan dia bukan dengan keadaan kita. Maksud saya, jika ia sedang bermain pasti ia bahagia maka responlah dengan baik apa yang ingin ia tunjukkan kepada kita tentang mainannya walaupun saat itu kita sedang letih karena baru pulang bekerja. Pernah aku baru pulang kerja, Faiq mengajakku main bola padahal capeeek banget. Awalnya aku hanya menyahut dan mencoba senyum menghadapnya yang sedang sumringah memegang bola. Gak sabar dengan aku yang belum juga beranjak Faiq menarik bajuku untuk berdiri. Well, setelah aku pikir lagi waktuku untuk dia sudah sedikit dan saat dia butuh waktuku kenapa aku susah sekali untuk berbagi dengannya. Akhirnya aku berdiri dan meladeni ia main bola. Hanya sebentar ya hanya sebentar saja tapi dia sudah senang. Artinya respon baik kitalah yang ia butuhkan. Right Mom? :)

  • Selalu berikan kecupan hangat
Kecupan hangat disinyalir punya efek yang luar biasa untuk anak. Hari-harinya lebih bahagia, dia merasa lebih percaya diri dalam melakukan banyak hal, dia juga merasa diperhatikan dan yang terpenting yang dia yakini adalah Ibu sayang dengannya. Sekedar memeluk setiap saat tubuh mungilnya selain meredam rasa rindu kita juga membuat semakin nyaman. Hitung sudah berapa kali Ibu memeluk atau sekedar mendaratkan kecupan hangat untuk dia dan bandingkan dengan waktu yang sudah Ibu keluarkan untuk pekerjaan kantor, gak sebanding bukan? Jadi jangan lewatkan moment itu, karena satu yang perlu Ibu ingat bahwa ada masanya dia merasa tidak nyaman dengan ciuman atau pelukan Ibu karena kedewasaannya. 

  • Hargai usahanya
Sekecil apapun usaha dia berilah penghargaan. Misal si kecil ingin membantu kita merapikan tempat tidur (yang walaupun mungkin malah membuat semakin semeraut), hargailah. Berikan tepuk tangan kecil saat dia sudah benar2 berusaha membantu karena itu bisa membuatnya percaya diri untuk melakukan sebuah usaha. Negative Judge atas pekerjaannya yang tidak benar adalah sebuah kerikil kecil yang bisa menghambat rasa percaya dirinya. Dan ingat jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih atas usahanya seperti "Terima Kasih Sayang..Ibu senang Adek udah membantu" atau "Waaah..anak Ibu pintar ya sudah bisa bantu merapikan tempat tidur..". Karena pernah suatu saat, aku benar-benar lupa dimana aku taruh Handphoneku. Setelah bergumam, "Duh, HP ummi dimana yaa?", Faiq langsung berlari kecil dan memberikan HPku. Waah seneng banget, artinya dia udah mulai respek dengan lingkungan. :) 

  • Pilih kata-kata yang membangkitkan semangatnya
Terkadang bahasa kita memang masih sulit dimengerti olehnya, apalagi maknanya. Pilihan kata-kata emang kudu di selektif. Faiq lumayan anti dengan kata "JANGAN" karena mungkin menurut dia "JANGAN" adalah kata yang bener2 menusuk hatinya. Hahaha. Padahal terkadang aku refleks banget ucapkan kata itu saat dia melakukan suatu hal yang menurut kita salah. Ketika aku ucapkan "JANGAN INI.. JANGAN ITU" dia langsung muram dan bahkan gak jarang memukul, terlebih lagi kalau di depan umum. Mulai beberapa kali aku perhatikan sepertinya dia malu jika aku larang di depan orang lain. Jadi mulai dari saat itu aku lebih sering mengontrol diri untuk melarangnya dengan keras di depan orang lain, tapi tetep harus ada kontrol lebih juga dengan tangannya yang terkadang refleks memukul orang lain saat dia tidak suka. Contohnya dengan langsung memegang tangannya dia dengan kekuatan sedang untuk menahan pukulannya. Setelah itu aku coba mengganti redaksionalku dari kata JANGAN MEMUKUL menjadi TIDAK MEMUKUL. Setelah itu lanjutkan dengan kata2 yang kondisional, yang membuatnya paham bahwa dipukul itu sakit. Jadi aku bilang, "Gak mukul Faiq! Nanti ummi sakit kalau dipukul..". Dan aku pernah baca, setelah itu redam emosi dia dengan memeluknya dari belakang. Karena dengan pelukan tyt bisa meredam amarahnya. Sudah aku lakukan tadi malam, dan lumayan berhasil.

  • Perhatikan makan dan tidurnya
"Adek makannya banyak gak Bu?" , "Minum susunya berapa kali?" dan "Tadi tidur siang gak?". Tiga pertanyan itu adalah pertanyaan wajibku setiap pulang kantor untuk Bu Sri di rumah. Bukan apa-apa, karena aku gak bisa kontrol setiap saat. Kejujuran Bu Sri emang harus aku jaga. Bagi kita yang kerja kantoran, mengontrol anak dari jarak jauh adalah hal yang paling bikin was was. Apalagi kalau si kecil sakit, beeehhh stress aja bawaannya di kantor. Raga di kantor tapi pikiran melayang sampai di rumah. Sebisa mungkin aku memang harus masak pagi sebelum berangkat kerja, karena dengan masak sendiri kita paham kebersihan dan kandungan gizinya. Kadang kalau pulang kantor, aku suka ngetes Faiq dengan menyuapinya makanan malam lagi, jaga2 kalau aja perut dia masih laper.  

  • Perhatikan prilakunya
Prilaku anak balita memang banyak polahnya. Karena seumurnya lagi getol2nya niru. Salah satu faktor pembentuk prilaku anak adalah ya orang tuanya sendiri. Selain itu juga teman, lingkungan atau bahkan tontonan televisinya. Begitu banyak sarana yang dapat membentuk pribadi dan prilakunya. Ibu memang harus lebih waspada. Yang pertama harus kita lakukan adalah contohkan prilaku terbaik kita, jaga ucapan kita didepan anak. Jika anak sudah terlanjur mengucapkan kata-kata yang tak pantas, tunjukkan kalau Ibu tidak suka dan itu tidak boleh dia lakukan. Misal dengan reaksi anggota tubuh seperti menggelengkan kepala dengan jari telunjuk mengacung di depan bibir kita. Dan sampaikan padanya "Adek, gak bagus bicara begitu. Itu kotor". Jika dia sudah cukup mengerti ceritakan tentang surga dan neraka padanya, mulai dari hal hal kecil saja yang mudah ia pahami. Faktor lain adalah lingkungan, teman dan televisi. Sebaiknya segera ajak anak untuk menjauhi suatu tempat jika memang Ibu lihat banyak contoh gak baik disekitarnya. Tapi dengan tenang, tidak dengan buru-buru atau mengesankan bahwa ada sesuatu yang berlebihan karena anak justru akan penasaran dengan apa yang terjadi. Jadi alihkan perhatianya pelan-pelan. Pergaulannya dengan teman yang punya sikap kurang baik untuk ditiru, Ibu bisa mengalihkannya dengan permainan lain atau bermain sendiri dirumah sambil belajar. Atau dampingi mereka saat bermain, gak ada salahnya ikut memberikan arahan ke teman lainnya bahwa yang ia lakukan adalah tidak baik. Yang selanjutnya adalah televisi, yaa ini adalah sarana paling efektif untuk memberika influence pada anak. Caranya simple, cukup dampingi mereka saat menonton televisi dan berikan arahan. Atau gak ada salahnya juga Ibu paham dengan jadwal kartun dan tontonan mana yang mendidik dengan yang tidak. Sehingga Ibu bisa mengalihkan perhatian anak dengan mainan edukatif saat acara televisi kurang mendidik itu berlangsung (bisa langsung dengan mematikan tv).

Well Para Ibu... Begitu kompleksnya yang harus kita lakukan, tapi tentunya demi buah hati rasanya masih banyak lagi yang harus kita pelajari untuk mendidik anak. Beberapa tulisan diatas pastinya hanya sebagian kecil yang harus kita lakukan. Dan pasti Ibu punya sejuta cara lain untuk mengatasi problem itu. Semangat Para Ibu, karena hadist mengatakan bahwa surga di telapak kakimu. Maka hadirkan buah hati pencinta surga di bumi ini. Semoga kita selalu diberi kekuatan lebih dari yang Maha Kuat untuk mendidik anak kita dengan penuh cinta dari Maha Pemilik Cinta. Amiiin.

3 komentar:

  1. itulah kenapa km nyebut nya susah susah gampang dan bukan gampang gambang susah,,heheheeh

    BalasHapus
  2. template nya keren mom!!!
    pertanyaan wajibnya koq sama, makannya pinter gak? bobo siang gak? pertanyaan standar wanita bekerja yaaaa... heheee

    BalasHapus
  3. @El van : huum.. pertanyaan wajib tuu.. smoga selalu di beri semangat dan keikhlasan untuk menjaga buah hati.. :)

    @Banan : benarrr sekali.. hihihi

    BalasHapus

I'm fine

 You'll be fine.. You'll be fine.. You'll be fine.. it's time to go.. you don't need to excused or say good bye..